Cerita Pasutri di Barito Utara yang Rawat Beruang Madu Selama 3 Tahun dan Menolak Dijual

Pasangan suami istri Kamalludin dan Wahyu Pitri Ningsih akhirnya menyerahkan beruang madu yang telah mereka rawat sejak bayi kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah pada Jumat (8/11/2024). Selama tiga tahun, mereka memperlakukan satwa yang dilindungi ini layaknya anggota keluarga di rumah mereka di Desa Sikui, Kecamatan Teweh Baru, Kabupaten Barito Utara.

Awal Bertemu Sang Beruang

Cerita dimulai pada awal 2022, ketika kakak Kamalludin, Edy Susanto, menemukan seekor bayi beruang madu saat bekerja menebang kayu di kawasan hutan perusahaan setempat. Bayi beruang itu ditemukan menangis dengan kondisi masih memiliki tali pusar, menandakan usianya baru beberapa hari. Setelah memastikan induknya tidak kembali, Edy membawa bayi beruang tersebut pulang.

Karena kesibukannya, Edy mempercayakan perawatan beruang kepada Kamalludin dan istrinya. Meskipun beberapa orang sempat menawarkan uang hingga jutaan rupiah untuk membeli beruang tersebut, mereka menolak dengan tegas. “Kami tidak mau menjualnya karena khawatir ia akan diperlakukan sembarangan,” ujar Kamalludin.

Perawatan Seperti Bayi Manusia

Pasangan ini berinisiatif merawat beruang yang mereka beri nama “Untung” dengan cara unik. Mereka memberikan susu formula bayi manusia dan makanan seperti nasi dan sayur seiring pertumbuhan Untung. “Awalnya, susu satu kilogram cukup untuk sebulan, tapi lama-kelamaan hanya cukup untuk empat hari,” kenang Kamalludin.

Untung tumbuh sehat dan jinak, menunjukkan bahwa pola perawatan mereka berhasil. Namun, seiring bertambahnya ukuran tubuh Untung, kandang yang ada menjadi terlalu kecil. Pasangan ini mulai merasa bahwa Untung tidak seharusnya hidup terbatas di kandang.

Keputusan Menyerahkan ke BKSDA

Akhirnya, pasangan ini memutuskan menyerahkan Untung kepada BKSDA agar ia dapat menjalani rehabilitasi. “Kami merasa, meskipun dia bahagia bersama kami, dia juga butuh kebebasan untuk kembali ke alamnya,” ujar Kamalludin.

Menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Kalteng, Hendi Nasoka, Untung dalam kondisi sehat saat diserahkan. Saat ini, ia dirawat di kandang habituasi di Cagar Alam Pararawen. “Kami sedang membantunya memunculkan kembali sifat liarnya. Setelah siap, Untung akan dilepasliarkan di habitatnya,” jelas Hendi.

Namun, proses pelepasliaran akan menunggu hingga Untung benar-benar siap beradaptasi di alam liar. Jika dilepaskan terlalu dini, ia dikhawatirkan tidak mampu bertahan di habitat aslinya.

Kesimpulan

Perjalanan Kamalludin dan Wahyu dalam merawat Untung menunjukkan dedikasi dan cinta terhadap satwa liar. Dengan diserahkan ke BKSDA, mereka berharap Untung dapat kembali ke alam dan menjalani kehidupan sesuai kodratnya sebagai satwa liar.

This entry was posted in Home, Satwa Alam and tagged , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *