Proyeksi Kenaikan Harga Emas Hingga 2025: Faktor-Faktor Kunci yang Mendorong Lonjakan

Jakarta – Menurut analis dari broker Octa, termasuk Kar Yong Ang, harga emas diperkirakan akan terus meroket hingga tahun 2025. Meskipun sempat mengalami penurunan beberapa bulan terakhir, tren jangka panjang menunjukkan adanya potensi kenaikan yang signifikan.

Kar Yong Ang menjelaskan bahwa meski ada penurunan harga sementara, emas kembali menunjukkan lonjakan pada Agustus 2024, mencapai level tertinggi sebesar 2.531 dolar AS per ounce. “Meskipun terjadi fluktuasi jangka pendek, secara keseluruhan, emas tetap menjadi investasi yang menarik,” ujar Ang.

Beberapa faktor utama yang mendukung proyeksi kenaikan harga emas meliputi kebijakan moneter global yang cenderung longgar. Diperkirakan, bank sentral di seluruh dunia, termasuk Federal Reserve AS, akan menurunkan suku bunga secara substansial dalam beberapa kuartal mendatang. Penurunan suku bunga ini diharapkan akan mengurangi biaya peluang untuk menyimpan emas, sehingga meningkatkan daya tarik logam mulia ini.

Ketidakpastian politik global juga berperan dalam pengaruh terhadap harga emas. Ketegangan di Timur Tengah dan Eropa Timur menambah dorongan bagi harga emas. Dalam situasi ketidakstabilan geopolitik, emas sering dianggap sebagai aset yang aman. “Selama ketidakpastian global tetap ada, investor cenderung akan memilih emas sebagai bentuk perlindungan,” tambah Ang.

Permintaan emas dari negara-negara konsumen utama seperti China dan India diperkirakan akan tetap solid. Contohnya, pemerintah India baru-baru ini menurunkan bea impor emas dan perak dari 15 persen menjadi 6 persen untuk meningkatkan konsumsi selama musim perayaan, yang juga berkontribusi pada dukungan harga emas.

Dengan berbagai faktor yang mendukung, proyeksi harga emas diperkirakan akan terus menarik perhatian investor hingga tahun 2025. Ang memperkirakan harga emas dapat menguji level 2.600 dolar AS dan bahkan berpotensi mencapai 3.000 dolar AS pada tahun tersebut. Namun, Ang juga memperingatkan investor tentang potensi volatilitas pasar jangka pendek. Persaingan dengan Bitcoin sebagai alternatif investasi dapat mempengaruhi harga emas. Meskipun demikian, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor konservatif karena stabilitasnya dibandingkan Bitcoin yang lebih volatile.

“Pada bulan Agustus lalu, harga emas naik sebesar 2,2 persen sementara Bitcoin turun 8,5 persen, menunjukkan bahwa emas tetap merupakan aset lindung nilai yang lebih stabil,” jelas Ang.

This entry was posted in Kebijakan Pemerintahan and tagged , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *