Jakarta – Ketua Komisi XI DPR dari fraksi Partai Golkar, Mukhamad Misbakhun, memberikan penjelasan terkait pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Menurutnya, penyebab utama pelemahan rupiah ini tidak ada kaitannya dengan isu kasus korupsi yang melibatkan Bank Indonesia (BI), melainkan lebih kepada kebijakan fiskal dan faktor eksternal.
Dalam keterangannya pada Kamis (19/12/2024), Misbakhun menyatakan bahwa kebijakan moneter yang diterapkan selama ini, serta penurunan inflasi di Amerika Serikat (AS), turut berperan dalam menciptakan ketidakpastian di pasar global. Selain itu, pemilihan Donald Trump sebagai presiden AS juga dinilai turut menurunkan kepercayaan pasar, yang akhirnya berdampak pada pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Misbakhun menegaskan bahwa spekulasi yang mengaitkan pelemahan rupiah dengan penggeledahan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di kantor pusat BI pada Senin (16/12/2024) adalah tidak berdasar. Penggeledahan yang berlangsung dari malam hingga subuh tersebut terkait dengan dugaan korupsi dalam penggunaan dana corporate social responsibility (CSR) BI, namun menurut Misbakhun, peristiwa tersebut tidak berhubungan dengan kondisi pelemahan rupiah yang tengah terjadi.
“Pelemahan rupiah ini murni disebabkan oleh faktor teknis, terutama kebijakan fiskal dan situasi pasar internasional. Tidak ada kaitannya dengan penggeledahan yang dilakukan oleh KPK,” ujar Misbakhun. Ia juga mengimbau Bank Indonesia untuk fokus pada langkah-langkah kebijakan operasi moneter yang konstruktif guna mengatasi pelemahan rupiah dan mengembalikan stabilitas nilai tukar.
Menurut Misbakhun, meskipun penggeledahan oleh KPK adalah bagian dari proses hukum yang harus dihormati, hal itu tidak seharusnya menjadi faktor penyebab ketidakstabilan nilai tukar rupiah. Ia berharap BI dapat lebih fokus dalam mengambil kebijakan yang dapat mendukung penguatan rupiah dalam jangka panjang.
Pernyataan Misbakhun ini semakin memperjelas bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan kebijakan fiskal yang sedang dijalankan, bukan oleh faktor internal yang berkaitan dengan dugaan tindak pidana di Bank Indonesia. Sebagai informasi, pelemahan rupiah terhadap dolar AS telah menjadi perhatian banyak pihak belakangan ini, dengan beberapa analis yang khawatir tentang dampaknya terhadap ekonomi domestik.