Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Bojonegoro mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2024, sebanyak 78 anak terlibat dalam berbagai kasus pidana. Jumlah ini menunjukkan peningkatan signifikan terkait keterlibatan anak-anak dalam tindakan kriminal, sehingga menjadi perhatian serius bagi masyarakat maupun pemerintah.
Dari total kasus tersebut, tindak kekerasan mendominasi dengan 52 anak terlibat dalam perkara pengeroyokan. Selain itu, tercatat 9 kasus pencurian, 1 kasus narkotika, dan 1 kasus perjudian. Fakta ini mengindikasikan bahwa kekerasan di kalangan remaja masih menjadi persoalan utama yang membutuhkan penanganan serius oleh pihak berwenang dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif sangat diperlukan untuk mengurangi tingkat kriminalitas di kalangan anak.
Novita Agustin, Pembimbing Kemasyarakatan Pertama di Bapas Bojonegoro, menyebutkan bahwa banyak kasus kekerasan berawal dari konflik di lingkungan sekolah. Pertikaian antar siswa sering kali berujung pada tindak pengeroyokan. Faktor lainnya meliputi pengaruh negatif dari lingkungan sosial serta minimnya perhatian dari orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi sosial dan keluarga memiliki pengaruh besar terhadap perilaku anak.
Keterlibatan anak dalam kasus pidana tidak hanya memengaruhi mereka secara pribadi tetapi juga memberikan dampak pada keluarga dan masyarakat. Anak-anak yang terseret dalam kasus kriminal sering kali menghadapi stigma sosial yang memengaruhi perkembangan psikologis mereka. Di sisi lain, keluarga mengalami tekanan emosional dan beban finansial akibat proses hukum yang berlangsung. Oleh karena itu, dukungan sosial terhadap anak-anak dan keluarga mereka sangat penting untuk mengatasi masalah ini.
Sebagian besar kasus yang ditangani oleh Bapas Bojonegoro berhasil diselesaikan melalui mekanisme diversi, yang memberi anak kesempatan untuk direhabilitasi tanpa melalui hukuman penjara. Dari 78 kasus, sebanyak 51 di antaranya dapat diselesaikan tanpa harus masuk ke proses peradilan. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan peluang bagi anak-anak agar tidak terjebak dalam sistem hukum yang berpotensi merugikan masa depan mereka. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam melindungi hak-hak anak.
Melihat tren meningkatnya keterlibatan anak dalam kasus pidana, diperlukan upaya yang lebih intensif dalam hal pencegahan dan rehabilitasi. Harapannya, pemerintah dan masyarakat dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi generasi muda. Kesuksesan dalam mengatasi tantangan ini menjadi langkah penting menuju masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak.